Ku rapalkan kata demi cinta
Ku susun satu per satu bagai bongkar pasang,
Tuk ku jadikan sebuah untaian puisi, untuknya
Dari kalbu yang sedang merana
Peluh kisah bersimbah kata berjuta luka,
Hanya sebagai bahan tuk meluapkan perasaan,
Sekedar mampir, bagaikan angkot senja
Yang melaju perlahan lalu pergi
Kubuka laci, dan serangkaian bintang keluar
Tergerus angin,
Ku ambil buku merah muda yang usang,
Dan ku baca dalam dingin
Terdengar gelak tawa yang memikuk suasana
di beranda.
Ternyata para bintang
Sedang mengintip di celah angkasa petang
Hanya nestapa dengan lara
Yang tak kunjung reda,
Purnama pun jua tertawa
Melihatku yang terus membungkam rasa
Begitu meluap-luap dalam gerobak cinta,
Hingga tak ujar sampai meluber
Meluapkan rasa,
Di segala arah
Di bawah purnama,
Kali ini kutitipkan lewat malaikat kecil
Yang bertengger,
Di pohon kenangan
Ku kirimkan kau pesan rasa cintaku
Yang t'lah tak bisa lagi ku endapkan
Dalam kalbu. Ku harap pesanku sampai di teras
Jendela matamu,
Dan. Semoga kau ulurkan hingga Relung hatimu
Cinta Pertama
Ketika sulur cahaya fajar merekah
Ku terkesiap akan parasmu.
Seakan-akan kau tersusup
Akan cahaya fajar kala itu.
Di sebuah dermaga agung
Ku temukan cinta,
Di balik awan jingga merana, membuatku
Terpanah akan sorot matamu
Di saat mataku menyusuri senja,
Menapaki awan, menebas lautan
Begitu syahdu, tapi
Sial. Mataku tersesat saat meniliki matamu
Matamu, bagai rintik hujan di kala senja
Sungguh hening, juga menyejukkan hati
Komentar
Posting Komentar